Zaman Tiga Negara atau juga dikenal dengan nama
Samkok (Tionghoa
Sederhana: 三国時代; Tionghoa
Tradisional: 三國時代, hanyu pinyin:
sanguo shidai, bahasa
Inggris: Three Kingdoms Era) (220 - 280) adalah sebuah zaman
di penghujung Dinasti Han di mana
Tiongkok terpecah menjadi tiga negara
yang saling bermusuhan.
Tiga Negara
Negara | Cao Wei |
Dong Wu | Shu
Han
Ibukota | Luoyang | Jianye |
Chengdu
Kaisar
· Kaisar pendiri
· Kaisar terakhir | 5 kaisar
Cao Pi
Cao Huan | 4 kaisar
Sun Quan
Sun Hao | 2 kaisar
Liu Bei
Liu Chan
Berdiri | 220 | 222 | 221
Runtuh | 265 | 280 | 263
Di dalam sejarah Tiongkok biasanya hanya boleh ada kaisar tunggal yang dianggap menjalankan mandat
langit untuk berkuasa, namun di zaman ini karena tidak ada satupun
negara yang dapat menaklukkan negara lainnya untuk mempersatukan
Tiongkok, maka muncullah tiga negara dengan kaisar masing-masing.
Tiongkok akhirnya dipersatukan oleh keluarga Sima yang merebut kekuasaan dari negara Wei dan
menaklukkan Wu serta mendirikan Dinasti Jin.
1. Kronologi sejarah
1. 1. Penghujung Dinasti Han
Dinasti Han
mengalami kemerosotan sejak tahun 100 karena kaisar-kaisar penguasa
yang tidak cakap memerintah dan pembusukan di dalam birokrasi
pemerintahan. Beberapa pemberontakan petani pecah sebagai bentuk
ketidakpuasan rakyat terhadap kekaisaran. Ketidakmampuan kaisar ini
lebih parah dipergunakan oleh para kasim untuk mengkonsolidasikan
kekuasaan di tangan mereka. Penghujung Dinasti Han memang adalah sebuah
masa yang didominasi oleh pemerintahan kasim.
Pembagian administrasi (prefektur) di penghujung Dinasti
Han
Sejak Kaisar Hedi, kaisar-kaisar
selanjutnya naik tahta pada masa kanak-kanak. Ini menyebabkan tidak
ada pemerintahan yang stabil dan kuat karena pemerintahan
dijalankan oleh kasim-kasim dan keluarga kaisar lainnya yang
kemudian melakukan kudeta untuk menyingkirkan kaisar yang tengah
beranjak dewasa guna melanggengkan kekuasaan mereka. Ini
menyebabkan lingkaran setan yang kemudian makin memurukkan situasi
Dinasti Han.
1. 2. Kelaliman Perdana Menteri Dong Zhuo
Pada tahun 189, sesaat setelah Kaisar Lingdi mangkat, para menteri
kemudian merencanakan untuk membunuh Jenderal He Jin, paman dari anak Kaisar Lingdi, Liu Bian. Ini dimaksudkan untuk mencegah He Jin
mendudukkan Liu Bian sebagai kaisar pewaris tahta. Rencana ini
diketahui oleh He Jin yang kemudian segera melantik Liu Bian
sebagai pewaris tahta dengan gelar Shaodi
pada April 189. Selain itu, He Jin juga memerintahkan Dong Zhuo untuk
kembali ke ibukota Luoyang untuk menghabisi para menteri serta kasim
yang ingin merebut kekuasaan itu. Sebelum Dong Zhuo sampai, He Jin
sudah dibunuh dahulu oleh para menteri di dalam istana.
Yuan Shao kemudian mengambil
inisiatif menyerang istana dan memerintahkan pembunuhan sebagian
menteri dan kasim yang dituduh berkomplot merebut kekuasaan
kekaisaran. Namun, menteri lainnya menyandera Kaisar Shaodi dan
adiknya Liu Xie ke luar istana. Dong Zhuo
mengambil kesempatan ini untuk memusnahkan kompolotan menteri tadi
dan menyelamatkan kaisar. Dengan kaisar di bawah pengaturannya,
Dong Zhuo kemudian memulai kelalimannya.
Dong Zhuo mulai menyiapkan strateginya untuk mengkontrol
kekuasaan kekaisaran di Tiongkok dengan membatasi wewenang
kekuasaan Kaisar Shaodi. Ia lalu menghasut Lu
Bu untuk membunuh ayah angkatnya, Ding
Yuan dan merebut seluruh kekuatan militernya untuk memperkuat
diri sendiri. Yuan Shao juga diusir olehnya dari Luoyang. Ia
membatasi wewenang para menteri dan memusatkan kekuasaan di
tangannya, setelah itu, Kaisar Shaodi diturunkan dari tahta untuk
kemudian digantikan oleh adiknya Liu Xie yang menjadi kaisar dengan
gelar Xiandi pada September 189.
Sejarahwan beranggapan bahwa momentum ini adalah awal Zaman Tiga
Negara.
Yuan Shao kemudian menghimbau para jenderal penguasa daerah
untuk melawan kelaliman Dong Zhuo. Usahanya membawa hasil 11
batalyon militer beraliansi untuk melakukan agresi ke Luoyang guna
menumbangkan rezim Dong Zhuo. Yuan Shao memimpin aliansi yang
kemudian dinamakan sebagai Tentara Pintu Timur. Dong Zhuo
merasa takut dan membunuh bekas kaisar Shaodi, membumi-hanguskan
dan merampok penduduk Luoyang, menyandera Kaisar Xiandi dan
memindahkan ibukota ke Chang'an.
Dalam pelariannya, Dong Zhuo diserang oleh Cao Cao dan Sun Jian
yang tergabung dalam Tentara Pintu Timur, namun sayang karena ada
kecemburuan di dalam aliansi menyebabkan tidak ada bantuan dari
jenderal lainnya yang tidak ingin melihat keberhasilan mereka
berdua. Aliansi ini kemudian bubar dan Dong Zhuo meneruskan
kelalimannya di Chang'an.
Akhirnya, pada tahun 192, menteri istana
bernama Wang Yun bersama Lu Bu
menghabisi nyawa Dong Zhuo di Chang'an. Ini mengakibatkan
bawahan Dong Zhuo, Li Jue menyerang istana
dan membunuh Wang Yun serta mengusir Lu Bu. Li Jue melanjutkan
kelaliman pemerintahan Dong Zhuo.
1. 3. Berkuasanya raja-raja perang
Setelah Dong Zhuo berhasil dijatuhkan, Dinasti Han makin melemah
karena kehilangan kewibawaan kekaisaran. Melemahnya kekuasaan
istana menyebabkan para gubernur dan penguasa daerah memperkuat
diri sendiri dan menjadi raja kecil di wilayah mereka. Ini
menyebabkan munculnya rivalitas antar raja-raja perang satu wilayah
dengan wilayah lainnya. Raja perang
yang terkenal dan kuat pada masa ini adalah :
* Yuan Shao, menguasai Prefektur Ji di utara Sungai Kuning.
* Cao Cao, menguasai Chenliu dan kemudian Xuchang.
* Yuan Shu, menguasai daerah Huainan dan mengangkat diri sebagai kaisar karena
mempunyai stempel kekaisaran di tangannya.
* Sun Jian, menguasai Changsha.
* Dong Zhuo, gubernur Prefektur
Liang, namun kemudian merebut ibukota Luoyang dan memindahkannya ke Chang'an, Prefektur Sili.
* Liu Biao, menguasai Prefektur
Jing.
* Liu Zhang, menguasai Prefektur
Yi.
* Zhang Lu, menguasai Hanzhong.
* Ma Teng, menguasai Prefektur
Liang.
* Gongsun Zan, menguasai
Semenanjung Liaodong.
1. 4. Peperangan Guandu dan penyatuan utara
Peta wilayah pengaruh Yuan Shao (merah) dan Cao Cao (biru) pada tahun 195
Peta wilayah pengaruh Yuan Shao (merah) dan Cao Cao
(biru) pada tahun 195
Di antara mereka, kekuatan Cao Cao dan Yuan Shao berkembang
paling pesat dan menyebabkan peperangan di antara mereka tidak
dapat dihindari. Cao Cao pada tahun 197 menaklukkan Yuan Shu, lalu Lu Bu pada tahun 198 serta
Liu Bei setahun selanjutnya. Tahun 200,
Yuan Shao memulai ekspansi wilayah ke selatan, namun berhasil
dipukul mundur oleh Cao Cao. Yuan Shao kemudian memutuskan untuk
memimpin sendiri kampanye militer ke selatan dan berpangkalan di
Yangwu. Cao Cao juga mundur ke Guandu untuk melakukan kampanye defensif. Di sini,
kekuatan di antara mereka berimbang selama setengah tahun sampai
akhirnya Cao Cao melakukan serangan mendadak dan memusnahkan
seluruh persediaan logistik Yuan Shao. Yuan Shao kemudian mundur
karena moral prajurit yang rendah setelah kekalahan yang menentukan
itu. Ini adalah peperangan
Guandu yang terkenal itu.
Setelah kekalahannya di Guandu, Yuan Shao beberapa kali mencoba
melakukan serangan kepada Cao Cao namun gagal. Tahun 202, Yuan Shao meninggal, menyebabkan perebutan
kekuasaan antara putranya, Yuan Tan dan
Yuan Shang. Cao Cao mengambil
kesempatan ini untuk menaklukkan Yuan Shang dan membunuh Yuan Tan.
Yuan Shang kemudian mencari perlindungan kepada suku Wuhuan di utara yang mendukung Yuan Shao. Atas
nasehat Guo Jia, Cao Cao menyerang Wuhuan dan membunuh pemimpinnya.
Yuan Shang dalam pelariannya mencari perlindungan kemudian dibunuh
oleh Gongsun Kang yang takut
diserang Cao Cao bila memberikan suaka kepada Yuan Shang.
Tahun 207, Cao Cao secara resmi
mempersatukan wilayah utara Tiongkok dan merencanakan ekspansi ke
wilayah selatan.
1. 5. Kampanye militer ke selatan dan peperangan
Chibi
Karakter Chibi di Tebing Merah di tepi Sungai Panjang
Karakter Chibi di Tebing Merah di tepi Sungai
Panjang
Tahun 208, Cao Cao melakukan kampanye
militer ke selatan tepatnya ke Prefektur Jingzhou yang saat itu dikuasai oleh Liu Biao. Liu Biao meninggal sebelum Cao Cao
tiba. Liu Zong, anak Liu Biao yang
menggantikan ayahnya menyerah kepada Cao Cao. Liu Bei yang saat itu
berlindung kepada Liu Biao melarikan diri ke Jiangling, namun berhasil dipukul mundur lebih
lanjut ke Xiakou.
Sun Quan mengutus penasehatnya Lu Su
mengunjungi Liu Bei menanyakan keadaannya. Zhuge Liang kemudian mewakili Liu Bei
mengajukan penawaran aliansi kepada Sun Quan. Aliansi Sun-Liu
terbentuk untuk menahan serangan Cao Cao. Zhou Yu dan Cheng Pu
memimpin tentara Sun dan berhasil memukul mundur tentara Cao Cao
dengan strategi api. Peperangan berlokasi di daerah Chibi dan
terkenal sebagai pertempuran
Chibi.
1. 6. Liu Bei menduduki Prefektur Yizhou
Cao Cao yang kalah perang kemudian mengalihkan perhatian ke
wilayah barat. Cao Cao menyerang Hanzhong yang dikuasai Zhang Lu. Penguasa di Xiliang kemudian melakukan perlawanan pada tahun
211 karena takut menjadi target Cao Cao
selanjutnya. Ma Chao yang memimpin
perlawanan ini dikalahkan Cao Cao dan mengasingkan diri. Setelah
tahun 215, Cao Cao telah berhasil menguasai seluruh wilayah utara
dan barat Tiongkok.
Kemenangan aliansi Sun-Liu membuahkan perpecahan di antara
mereka. Mereka mulai memperebutkan Jingzhou yang ditinggalkan Cao
Cao. Perebutan ini dimenangkan oleh Sun Quan, yang melakukan
serangan militer ke selatan Jingzhou di bawah pimpinan Zhou Yu.
Zhou Yu berencana melanjutkan ekspansi militer ke Prefektur
Yizhou yang dikuasai Liu Zhang, namun ia meninggal dalam perjalanan.
Lu Su yang menggantikannya menghentikan rencana ini dan meminjamkan
Jingzhou kepada Liu Bei untuk pangkalan militer sementara untuk
menahan kemungkinan serangan Cao Cao.
Saat ini, Liu Zhang mengundang Liu Bei untuk membantu Yizhou
melawan kemungkinan ekspansi Cao Cao bila berhasil menduduki
Hanzhong. Liu Bei berangkat menuju Yizhou meninggalkan Guan Yu menjaga Jingzhou. Perseteruan Liu Bei dan
Liu Zhang pecah pada tahun 212, Liu Bei lalu
menduduki Chengdu dan memaksa Liu Zhang
menyerahkan kekuasaan Yizhou kepadanya.
1. 7. Tiga negara terbentuk
Peta 3 negara pada tahun 262 M
Peta 3 negara pada tahun 262 M
Samkok (Tionghoa
Sederhana: 三国時代; Tionghoa
Tradisional: 三國時代, hanyu pinyin:
sanguo shidai, bahasa
Inggris: Three Kingdoms Era) (220 - 280) adalah sebuah zaman
di penghujung Dinasti Han di mana
Tiongkok terpecah menjadi tiga negara
yang saling bermusuhan.
Tiga Negara
Negara | Cao Wei |
Dong Wu | Shu
Han
Ibukota | Luoyang | Jianye |
Chengdu
Kaisar
· Kaisar pendiri
· Kaisar terakhir | 5 kaisar
Cao Pi
Cao Huan | 4 kaisar
Sun Quan
Sun Hao | 2 kaisar
Liu Bei
Liu Chan
Berdiri | 220 | 222 | 221
Runtuh | 265 | 280 | 263
Di dalam sejarah Tiongkok biasanya hanya boleh ada kaisar tunggal yang dianggap menjalankan mandat
langit untuk berkuasa, namun di zaman ini karena tidak ada satupun
negara yang dapat menaklukkan negara lainnya untuk mempersatukan
Tiongkok, maka muncullah tiga negara dengan kaisar masing-masing.
Tiongkok akhirnya dipersatukan oleh keluarga Sima yang merebut kekuasaan dari negara Wei dan
menaklukkan Wu serta mendirikan Dinasti Jin.
1. Kronologi sejarah
1. 1. Penghujung Dinasti Han
Dinasti Han
mengalami kemerosotan sejak tahun 100 karena kaisar-kaisar penguasa
yang tidak cakap memerintah dan pembusukan di dalam birokrasi
pemerintahan. Beberapa pemberontakan petani pecah sebagai bentuk
ketidakpuasan rakyat terhadap kekaisaran. Ketidakmampuan kaisar ini
lebih parah dipergunakan oleh para kasim untuk mengkonsolidasikan
kekuasaan di tangan mereka. Penghujung Dinasti Han memang adalah sebuah
masa yang didominasi oleh pemerintahan kasim.
Pembagian administrasi (prefektur) di penghujung Dinasti
Han
Sejak Kaisar Hedi, kaisar-kaisar
selanjutnya naik tahta pada masa kanak-kanak. Ini menyebabkan tidak
ada pemerintahan yang stabil dan kuat karena pemerintahan
dijalankan oleh kasim-kasim dan keluarga kaisar lainnya yang
kemudian melakukan kudeta untuk menyingkirkan kaisar yang tengah
beranjak dewasa guna melanggengkan kekuasaan mereka. Ini
menyebabkan lingkaran setan yang kemudian makin memurukkan situasi
Dinasti Han.
1. 2. Kelaliman Perdana Menteri Dong Zhuo
Pada tahun 189, sesaat setelah Kaisar Lingdi mangkat, para menteri
kemudian merencanakan untuk membunuh Jenderal He Jin, paman dari anak Kaisar Lingdi, Liu Bian. Ini dimaksudkan untuk mencegah He Jin
mendudukkan Liu Bian sebagai kaisar pewaris tahta. Rencana ini
diketahui oleh He Jin yang kemudian segera melantik Liu Bian
sebagai pewaris tahta dengan gelar Shaodi
pada April 189. Selain itu, He Jin juga memerintahkan Dong Zhuo untuk
kembali ke ibukota Luoyang untuk menghabisi para menteri serta kasim
yang ingin merebut kekuasaan itu. Sebelum Dong Zhuo sampai, He Jin
sudah dibunuh dahulu oleh para menteri di dalam istana.
Yuan Shao kemudian mengambil
inisiatif menyerang istana dan memerintahkan pembunuhan sebagian
menteri dan kasim yang dituduh berkomplot merebut kekuasaan
kekaisaran. Namun, menteri lainnya menyandera Kaisar Shaodi dan
adiknya Liu Xie ke luar istana. Dong Zhuo
mengambil kesempatan ini untuk memusnahkan kompolotan menteri tadi
dan menyelamatkan kaisar. Dengan kaisar di bawah pengaturannya,
Dong Zhuo kemudian memulai kelalimannya.
Dong Zhuo mulai menyiapkan strateginya untuk mengkontrol
kekuasaan kekaisaran di Tiongkok dengan membatasi wewenang
kekuasaan Kaisar Shaodi. Ia lalu menghasut Lu
Bu untuk membunuh ayah angkatnya, Ding
Yuan dan merebut seluruh kekuatan militernya untuk memperkuat
diri sendiri. Yuan Shao juga diusir olehnya dari Luoyang. Ia
membatasi wewenang para menteri dan memusatkan kekuasaan di
tangannya, setelah itu, Kaisar Shaodi diturunkan dari tahta untuk
kemudian digantikan oleh adiknya Liu Xie yang menjadi kaisar dengan
gelar Xiandi pada September 189.
Sejarahwan beranggapan bahwa momentum ini adalah awal Zaman Tiga
Negara.
Yuan Shao kemudian menghimbau para jenderal penguasa daerah
untuk melawan kelaliman Dong Zhuo. Usahanya membawa hasil 11
batalyon militer beraliansi untuk melakukan agresi ke Luoyang guna
menumbangkan rezim Dong Zhuo. Yuan Shao memimpin aliansi yang
kemudian dinamakan sebagai Tentara Pintu Timur. Dong Zhuo
merasa takut dan membunuh bekas kaisar Shaodi, membumi-hanguskan
dan merampok penduduk Luoyang, menyandera Kaisar Xiandi dan
memindahkan ibukota ke Chang'an.
Dalam pelariannya, Dong Zhuo diserang oleh Cao Cao dan Sun Jian
yang tergabung dalam Tentara Pintu Timur, namun sayang karena ada
kecemburuan di dalam aliansi menyebabkan tidak ada bantuan dari
jenderal lainnya yang tidak ingin melihat keberhasilan mereka
berdua. Aliansi ini kemudian bubar dan Dong Zhuo meneruskan
kelalimannya di Chang'an.
Akhirnya, pada tahun 192, menteri istana
bernama Wang Yun bersama Lu Bu
menghabisi nyawa Dong Zhuo di Chang'an. Ini mengakibatkan
bawahan Dong Zhuo, Li Jue menyerang istana
dan membunuh Wang Yun serta mengusir Lu Bu. Li Jue melanjutkan
kelaliman pemerintahan Dong Zhuo.
1. 3. Berkuasanya raja-raja perang
Setelah Dong Zhuo berhasil dijatuhkan, Dinasti Han makin melemah
karena kehilangan kewibawaan kekaisaran. Melemahnya kekuasaan
istana menyebabkan para gubernur dan penguasa daerah memperkuat
diri sendiri dan menjadi raja kecil di wilayah mereka. Ini
menyebabkan munculnya rivalitas antar raja-raja perang satu wilayah
dengan wilayah lainnya. Raja perang
yang terkenal dan kuat pada masa ini adalah :
* Yuan Shao, menguasai Prefektur Ji di utara Sungai Kuning.
* Cao Cao, menguasai Chenliu dan kemudian Xuchang.
* Yuan Shu, menguasai daerah Huainan dan mengangkat diri sebagai kaisar karena
mempunyai stempel kekaisaran di tangannya.
* Sun Jian, menguasai Changsha.
* Dong Zhuo, gubernur Prefektur
Liang, namun kemudian merebut ibukota Luoyang dan memindahkannya ke Chang'an, Prefektur Sili.
* Liu Biao, menguasai Prefektur
Jing.
* Liu Zhang, menguasai Prefektur
Yi.
* Zhang Lu, menguasai Hanzhong.
* Ma Teng, menguasai Prefektur
Liang.
* Gongsun Zan, menguasai
Semenanjung Liaodong.
1. 4. Peperangan Guandu dan penyatuan utara
Peta wilayah pengaruh Yuan Shao (merah) dan Cao Cao (biru) pada tahun 195
Peta wilayah pengaruh Yuan Shao (merah) dan Cao Cao
(biru) pada tahun 195
Di antara mereka, kekuatan Cao Cao dan Yuan Shao berkembang
paling pesat dan menyebabkan peperangan di antara mereka tidak
dapat dihindari. Cao Cao pada tahun 197 menaklukkan Yuan Shu, lalu Lu Bu pada tahun 198 serta
Liu Bei setahun selanjutnya. Tahun 200,
Yuan Shao memulai ekspansi wilayah ke selatan, namun berhasil
dipukul mundur oleh Cao Cao. Yuan Shao kemudian memutuskan untuk
memimpin sendiri kampanye militer ke selatan dan berpangkalan di
Yangwu. Cao Cao juga mundur ke Guandu untuk melakukan kampanye defensif. Di sini,
kekuatan di antara mereka berimbang selama setengah tahun sampai
akhirnya Cao Cao melakukan serangan mendadak dan memusnahkan
seluruh persediaan logistik Yuan Shao. Yuan Shao kemudian mundur
karena moral prajurit yang rendah setelah kekalahan yang menentukan
itu. Ini adalah peperangan
Guandu yang terkenal itu.
Setelah kekalahannya di Guandu, Yuan Shao beberapa kali mencoba
melakukan serangan kepada Cao Cao namun gagal. Tahun 202, Yuan Shao meninggal, menyebabkan perebutan
kekuasaan antara putranya, Yuan Tan dan
Yuan Shang. Cao Cao mengambil
kesempatan ini untuk menaklukkan Yuan Shang dan membunuh Yuan Tan.
Yuan Shang kemudian mencari perlindungan kepada suku Wuhuan di utara yang mendukung Yuan Shao. Atas
nasehat Guo Jia, Cao Cao menyerang Wuhuan dan membunuh pemimpinnya.
Yuan Shang dalam pelariannya mencari perlindungan kemudian dibunuh
oleh Gongsun Kang yang takut
diserang Cao Cao bila memberikan suaka kepada Yuan Shang.
Tahun 207, Cao Cao secara resmi
mempersatukan wilayah utara Tiongkok dan merencanakan ekspansi ke
wilayah selatan.
1. 5. Kampanye militer ke selatan dan peperangan
Chibi
Karakter Chibi di Tebing Merah di tepi Sungai Panjang
Karakter Chibi di Tebing Merah di tepi Sungai
Panjang
Tahun 208, Cao Cao melakukan kampanye
militer ke selatan tepatnya ke Prefektur Jingzhou yang saat itu dikuasai oleh Liu Biao. Liu Biao meninggal sebelum Cao Cao
tiba. Liu Zong, anak Liu Biao yang
menggantikan ayahnya menyerah kepada Cao Cao. Liu Bei yang saat itu
berlindung kepada Liu Biao melarikan diri ke Jiangling, namun berhasil dipukul mundur lebih
lanjut ke Xiakou.
Sun Quan mengutus penasehatnya Lu Su
mengunjungi Liu Bei menanyakan keadaannya. Zhuge Liang kemudian mewakili Liu Bei
mengajukan penawaran aliansi kepada Sun Quan. Aliansi Sun-Liu
terbentuk untuk menahan serangan Cao Cao. Zhou Yu dan Cheng Pu
memimpin tentara Sun dan berhasil memukul mundur tentara Cao Cao
dengan strategi api. Peperangan berlokasi di daerah Chibi dan
terkenal sebagai pertempuran
Chibi.
1. 6. Liu Bei menduduki Prefektur Yizhou
Cao Cao yang kalah perang kemudian mengalihkan perhatian ke
wilayah barat. Cao Cao menyerang Hanzhong yang dikuasai Zhang Lu. Penguasa di Xiliang kemudian melakukan perlawanan pada tahun
211 karena takut menjadi target Cao Cao
selanjutnya. Ma Chao yang memimpin
perlawanan ini dikalahkan Cao Cao dan mengasingkan diri. Setelah
tahun 215, Cao Cao telah berhasil menguasai seluruh wilayah utara
dan barat Tiongkok.
Kemenangan aliansi Sun-Liu membuahkan perpecahan di antara
mereka. Mereka mulai memperebutkan Jingzhou yang ditinggalkan Cao
Cao. Perebutan ini dimenangkan oleh Sun Quan, yang melakukan
serangan militer ke selatan Jingzhou di bawah pimpinan Zhou Yu.
Zhou Yu berencana melanjutkan ekspansi militer ke Prefektur
Yizhou yang dikuasai Liu Zhang, namun ia meninggal dalam perjalanan.
Lu Su yang menggantikannya menghentikan rencana ini dan meminjamkan
Jingzhou kepada Liu Bei untuk pangkalan militer sementara untuk
menahan kemungkinan serangan Cao Cao.
Saat ini, Liu Zhang mengundang Liu Bei untuk membantu Yizhou
melawan kemungkinan ekspansi Cao Cao bila berhasil menduduki
Hanzhong. Liu Bei berangkat menuju Yizhou meninggalkan Guan Yu menjaga Jingzhou. Perseteruan Liu Bei dan
Liu Zhang pecah pada tahun 212, Liu Bei lalu
menduduki Chengdu dan memaksa Liu Zhang
menyerahkan kekuasaan Yizhou kepadanya.
1. 7. Tiga negara terbentuk
Peta 3 negara pada tahun 262 M
Peta 3 negara pada tahun 262 M